Sabtu, 02 Mei 2009

Ikut Mayoritas atau Minoritas ???

Ikut Mayoritas atau Minoritas ?

Pada saat ini, banyak kebenaran, kesederhanaan, ketulusan dan keikhlasan kaum Muslimin dilabeli sebagai “minoritas” atau tepatnya “minoritas ekstrim”. Sebagian orang telah benar-benar menjatuhkan dirinya pada suatu tingkatan dengan memasukkan haraam ke dalam halal berdasarkan apa yang mayoritas orang-orang katakan. Apakah ini tertolak dalam Islam? Haruskah kita mengikuti apa yang mayoritas orang-orang percayai dan ikuti, atau kita harus tetap berdiri di atas haq (kebenaran), meskipun tidak banyak yang mengikutinya?

Sejak kita menjadi seorang Muslim (orang-orang yang patuh), menjadi penting (dan faktanya adalah sebuah kewajiban) bagi kita untuk merujuk kembali kepada Al-Qur’aan dan As-Sunnah dan lihatlah apa yang tuhan kita telah katakan tentang masalah ini. Allah (swt) berfirman dalam kitabnya:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُون
َ
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS Al An’am 6 : 116)

Ayat ini sangat jelas dan tegas bagi kita untuk memperhatikannya. Allah (swt) menginformasikan kepada kita bahwa mayoritas dari orang-orang tidak bisa diikuti tetapi itu hanyalah dugaan dan mereka tidak lain hanyalah pembohong. Ayat ini membasmi segala gagasan atau konsep yang melibatkan kebolehan, kepuasan, kesenangan orang-orang mayoritas di muka bumi. Selanjutnya, orang-orang yang mengatakan bahwa kami (orang-orang Islam) tidak menghadirkan mayoritas dari orang-orang dan bahwa kami adalah minoritas, kita harus berani untuk mengatakan kepada mereka, tentu saja! mayoritas adalah sesat dan mayoritas akan masuk ke dalam neraka.

Kebenaran tidak bersama mayoritas dan ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk diketahui orang-orang yang berada dalam petunjuk Allah (swt). Kita mengetahui kebenaran dari nash (Al-Qur’an dan As-Sunnah -teks wahyu) dan tidak oleh perkataan mayoritas. Faktanya, syaitan telah berjanji kepada Allah (swt) bahwa dia akan menyesatkan mayoitas dari hamba-hambaNya dan hanya minoritas dari orang-orang beriman yang ikhlas akan bisa dan mampu melawan bisikkan syaitan yang telah dia berikan.

Allah (swt) berfirman dalam Al Qur’an:
“Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (QS Shaad 38 : 82-83)

Selanjutnya apa yang oleh mayoritas katakan, lakukan atau percayai seharusnya tidak akan menjadi standar bagi seorang Muslim untuk menghakimi apa yang benar dan apa yang salah, yang jahat dan yang baik. Kita hanya mendasrkan diri kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang sesuai dengan pemahaman dari Shahabah – inilah apa yang disebut kita mengikuti dengan merujuk dari bagaimana orang-orang yang telah memegangnya. Telah di riwayatkan secara shahih bahwa Abdullah bin Mas’ud (ra) berkata:

كن مع الجماعة ولو كنت وحدك

“Tetaplah bersama Jama’ah (kebenaran) meskipun jika kamu seorang
diri.”

Faktanya pada saat dimana Ahmad bin Hambal (rh), dia adalah satu-satunya orang yang mempunyai keberanian berdiri dengan kebenaran dan menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah perkataan Allah (kalamullah) dan bukan makhlukNya (swt), disamping itu fakta bahwa mayoritas orang-orang berkata sebaliknya dan tidak mempunyai keberanian untuk menyatakan secara terbuka seperti apa yang dia lakukan.

Lebih lanjut, Rasulullah (saw) bersabda:

...وستفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين فرقة كلها في النار إلا واحدة، قالو: ومن يا رسول اللّه؟ قال: من كان على ما أنا عليه وأصحابي


“…dan umat ini akan terpecah ke dalam 73 golongan, semua dari mereka akan masuk ke dalam neraka kecuali satu golongan (golongan yang selamat). “Mereka (para sahabat) bertanya, ‘siapa mereka (golongan yang selamat) Yaa Rasulullah?’ belaiu menjawab, “mereka adalah orang yang mengikuti beliau dan para Shahabat.” (Sunan At Tirmidzi)

Selanjutnya Rasullullah (saw) menginformasikan kepada kita bahwa ummat ini akan terpecah ke dalam banyak golongan. Mayoritas dari mereka akan masuk ke dalam neraka, dan hanya minoritas yang akan selamat – dan mereka adalah orang-orang yang dengan teguh mengikuti tiada lain hanya Rasulullah (saw) dan para shahabat; bukan mengikuti dan meneladani kebiasaan dari orang-orang atau perkataan dari mayoritas. Lebih lanjut, hadits lain dalam shahih Bukhari juga membuktikan fakta ini bahwa mayoritas orang-orang akan masuk ke dalam neraka.

Rasulullah (saw) bersabda:

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: يقول الله تعالى: يا آدم، فيقول: لبيك وسعديك، والخير في يديك، فيقول: أخرج بعث النار، قال: وما بعث النار؟ قال: من كل ألف تسعمائة وتسعة وتسعين

“Allah akan berkata (pada hari kebangkitan), ‘wahai Adam.’ Adam (as) menjawab, ‘inilah aku, dengan penuh ketaatan dan semua kebaikan ada pada tanganMu.’ Allah akan berkata, ‘bawalah orang-orang berada di neraka.’ Adam berkata, ‘yaa Allah! Berapa banyak orang-orang yang berada di neraka?’ Allah akan menjawab, ‘setiap dari seribu, ambillah ambilah sembilan ratus sembilan puluh sembilan.’”
(Shahih Bukhari, Kitab kisah para Nabi)

Selanjutnya, sebagaimana kita telah sebutkan sebelumnya, opini ini telah sangat jelas kepada mereka orang-orang yang telah diberi petunjuk kepada tuhannya. Dan orang-orang yang berkata bahwa kami tidak bersama dengan mayoritas; kami yakin bahwa mereka berada dalam kebenaran yang mutlak! Kebanyakan orang-orang tidak diberi petunjuk dan mayoritas akan masuk neraka – kami tidak akan pernah berada dengan orang-orang yang akan masuk ke dalam neraka.



Bukanlah metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (golongan yang selamat) untuk menghakimi apa yang benar dan apa yang salah. Apakah minoritas ataupun mayoritas setuju dengan kita, kita tidak peduli – jadi sepanjang kita mengikuti teks-teks wahyu (Al-Qur’an dan As-Sunah berdasarkan pemahaman Shahabat). Mereka adalah orang-orang yang mencari ke-ridho-an dan kepuasan Allah SWT. bukan orang-orang yang mencari keridhoan manusia, karena kalau mencari keridhoan manusia pasti akan terbakar di api neraka yang Allah (swt) telah sediakan, dan Allah (swt) akan membuat mereka menjadi dibenci oleh semua orang.

Rasulullah (saw) bersabda:

من التمس رضا الله عنه بسخط الناس رضي الله عنه، وأرضى عنه الناس، ومن التمس رضا الناس بسخط الله، سخط الله عليه وأسخط عليه الناس
“siapa saja yang mencari ke-ridho-an Allah dengan mengabaikan kebanyakan orang, akan mendapatkan ke-ridho-an Allah, dan Allah akan membuat orang-orang ridho kepadanya. Dan siapa saja yang mencari ke-ridho-an kebanyakan orang dengan mengabaikan kemurkaan Allah, tidak akan mendapatkan ke-ridho-an Allah, dan Allah akan memnyebabkan orang-orang tidak ridho dengannya.”
(Musnad Imam Ahmad)

Rasulullah (saw) dan para Shahabatnya adalah orang-orang yang minoritas di Mekkah, namun mereka tidak pernah kompromi dengan pekerjaan sulitnya dan terus berusaha, mereka telah sukses menghancurkan sistem kufur dari Qurays dan Allah (swt) memberikan kepada mereka kekuasaan di muka bumi. Allah (swt) berfirman:

كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ…

…"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar (orang-orang yang tetap teguh dan tanpa kompromi)."
(QS Al Baqarah 2 : 249)


Allahu Akbar……!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar