Selasa, 28 April 2009

Surat kepada Presidaen

“Sebaik-baik Jihad adalah Menyampaikan Perkataan Yang Haq (Benar) Dihadapan Seorang Pemimpin Yang Dzalim (shahih Al-Jami’)

Hujjah
oleh
Amir Jama’ah Kita (Ansharut Tauhid)
Ust Abu Bakar Ba’asyir kepada Presiden RI


NASKAH SURAT
Kepada Yth.
-Saudara Presiden Republik Indonesia.
-Saudara Ketua DPR RI.
-Saudara Ketua MPR RI.

Segala Puji bagi Allah SWT, Pemilik, Penguasa dan Pemelihara alam semesta. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas utusan-Nya yang terpercaya, Nabi Muhammad saw, atas semua keluarga, semua sahabatnya dan semua hamba Allah yang mengikuti sunnahnya sampai hari Qiamat. Amiin.

Amma Ba’du:

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, memiliki wilayah yang luas dan sejatinya merupakan negara yang berdaulat dan bermartabat dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, semua itu merupakan karunia yang Allah SWT berikan kepada bangsa ini. Namun demikian kondisi tanah air kita akhir-akhir ini sangat memprihatinkan dengan terjadinya berbagai bencana dan musibah yang datang bertubi-tubi dan seolah tiada henti-hentinya. Menyikapi ini semua sepatutnya kita harus introspeksi diri, tidakkah kita sadari bahwa alam semesta maupun kenikmatan yang Allah SWT berikan baik yang ada di alam semesta maupun kenikmatan yang diperoleh setiap individu tidak akan pernah diambil kembali oleh-Nya kecuali manusia telah merusaknya

Allah SWT di dalam Al-Qur’an berfirman:
“Demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum (bangsa), hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(Al-Anfaal:53)
“….. sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan mereka. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan tidak ada pelindung bagi mereka, selain-Nya”(Ar-Ra’d:11)

Yang terhormat Saudara Presiden, Ketua DPR dan Ketua MPR RI,

Silih bergantinya bencana dan musibah yang melanda bangsa ini disadari atau tidak dilakukan oleh tangan-tangan dan perbuatan kita sendiri oleh karena mereka tidak dibina keimanannya, sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an :.
“Telah nyata kerusakan di darat dan di laut dengan sebab perbuatan tangan manusia, supaya Dia merasakan kepada mereka sebagian (akibat) dari yang mereka perbuat supaya mereka kembali (ke Al Qur’an-As sunnah)” (Ar-Ruum:41)
Sebagai muslim, dengan ijin Allah SWT kami merasa berkewajiban untuk menyampaikan taushiyah (nasihat) dan tadzkirah (peringatan) kepada saudara sesama muslim, terutama kepada yang terhormat saudara Presiden, Ketua DPR dan Ketua MPR RI. Nasihat ini kami sampaikan sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Al-Qur’an yang mengarahkan agar kita senantiasa saling menasihati dan mengingatkan, karena nasihat dan peringatan seorang muslim kepada saudaranya amat bermanfaat untuk menjaga kestabilan iman dan taqwa sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. (Adz-Dzariyat:55)

Yang terhormat Saudara Presiden, Ketua DPR dan Ketua MPR RI,

Sebagian muslim memang ada yang mau mendengarkan nasihat dan peringatan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits Nabi, tetapi ada pula yang tidak peduli. Mereka yang tidak peduli kepada peringatan Al-Qur’an dan Sunnah adalah seperti orang Yahudi, yang mengatakan bahwa “hati mereka telah tertutup” sebagaimana Allah terangkan keadaan mereka:
Dan mereka berkata:”Hati kami tertutup!” Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. (Al-Baqarah:88)
Mereka yang tidak mau mendengarkan nasihat ini, tidak dapat menjaga diri dan keluarganya dari api neraka, padahal Allah memerintahkan:
Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (At-Tahrim:6)

Yang terhormat Saudara Presiden, Ketua DPR dan Ketua MPR RI,

Bahwa sesungguhnya di tangan saudara terletak kekuasaan yang diamanatkan oleh Allah SWT untuk mengurus dan mengelola karunia-Nya, negara Indonesia, yang berpenduduk mayoritas muslim dan merupakan komunitas muslimin terbesar di dunia. Amanat besar ini dapat menjadi kendaraan yang menyelamatkan saudara di Akhirat, tetapi sebaliknya dapat juga menjadi kendaraan yang menjerumuskan saudara ke neraka Jahannam.
Dengan harapan bahwa kekuasaan ini menjadi kendaraan yang menyelamatkan saudara, keluarga dan rakyat serta bangsa Indonesia di Akhirat nanti, maka kami ingin menyampaikan peringatan berdasar bimbingan Allah dan rasul-Nya, semoga dapat dipahami dan kemudian diamalkan sesuai kemampuan. Semoga Allah memberi karunia kemampuan kepada saudara untuk membebaskan negara ini dari kegelapan yang meliputinya sejak kemerdekaan sampai hari ini, menuju cahaya Allah yang terang benderang, amin.

Yang terhormat Saudara Presiden, Ketua DPR dan Ketua MPR RI,

Sebagai muslim, kehidupan kita terikat seratus persen dengan tatanan Syari’at atau hukum Allah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang meliputi aspek pribadi, keluarga maupun negara. Ini berarti bahwa dalam mengelola negara ini, saudara terikat dengan tatanan Syari’at atau hukum Allah. Dalam hal ini Allah berfirman:
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An-Nisa’:65)
Bahkan dengan tegas Allah memerintahkan kepada muslimin agar dalam menata kehidupan ini hanya mengikuti jalan Allah (syariat Islam) secara murni, dan menghindari semua ideologi ciptaan manusia (Demokrasi,Sekuleris,Pluralisme,Kapitalisme,dll) Allah berfirman:
Dan bahwa (yang Aku perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa. (Al-An’am:153)

Yang terhormat Saudara Presiden, Ketua DPR dan Ketua MPR RI,

Sebagai seorang muslim yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, saudara terkena kewajiban suci ini dalam mengelola negara karunia Allah; saudara Wajib mengelola negara ini dengan Syari’at Islam secara kaffah, tidak boleh ada pilihan lain. Ketentuan ini merupakan harga mati, merupakan konsekwensi orang yang telah meyakini kebenaran dua kalimat syahadat. Allah berfirman:
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan (hukum), bahwa akan ada bagi mereka pilihan (hukum yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata. (Al-Ahzab:36)

Yang terhormat Saudara Presiden, Ketua DPR dan Ketua MPR RI,

Amanat kekuasaan yang ada di tangan saudara harus difungsikan untuk menjaga kelancaran pengamalan perintah Allah kepada umat Islam dan memberantas semua hal yang dilarang Allah dan Rasul-Nya, memberantas kemungkaran dan kemaksiatan. Allah telah menegaskan bahwa tugas utama seorang hamba yang diberi kekuasaan adalah: menegakkan shalat untuk diri, keluarga dan rakyatnya, amar ma’ruf dan nahi munkar. Firman-Nya:
(Yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah akhir segala urusan. (Al-Hajj:41).
Maka kewajiban pokok saudara sebagai penguasa negara umat Islam adalah memerintahkan kaum muslimin di negeri ini agar mengamalkan semua perintah Allah seperti shalat, zakat, puasa Ramadhan, menutup aurat bagi wanita baligh bila keluar rumah dan banyak hukum lain-lainnya. Di samping itu saudara wajib melarang semua bentuk kemungkaran dan kemaksiatan. Kewajiban ini dapat dilaksanakan dengan sarana undang-undang, dan mereka yang melanggar harus diberi sanksi hukuman.
Harus dilakukan amandemen terhadap UUD, dan ditegaskan bahwa dasar negara karunia Allah ini adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedang hukum positif yang berlaku adalah Syari’at Islam dan segala perangkat hukum serta kelengkapannya yang tidak menyalahi syari’at Islam.
Tidak melakukan kewajiban ini adalah sebuah kesalahan besar di hadapan Allah, kecuali jika saudara memang belum mampu mengamalkannya – tetapi ini harus dibuktikan dengan adanya langkah-langkah kongkrit yang harus saudara lakukan.
Apabila saudara tidak melakukan kewajiban ini maka saudara ikut menanggung dosa semua pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian umat Islam terhadap hukum Allah. Itu disebabkan karena saudara membiarkan perintah Allah tidak dikerjakan dan larangan-Nya dilanggar, sedang di tangan saudara ada kekuasaan yang dapat digunakan untuk menanggulanginya, yakni dengan penegakan dan pembelakuan Syari’at Islam. Yang harus saudara pertanggung-jawabkan lebih berat lagi adalah kenyataan banyaknya umat Islam yang dimurtadkan oleh orang-orang Kafir. Kemungkaran ini berjalan mulus karena tidak ada undang-undang yang menangkalnya, yang juga menjadi tanggung jawab saudara. Rasulullah saw. menjelaskan bahwa seorang pemimpin bertanggung jawab terhadap keadaan rakyat yang dipimpinnya:
Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas rakyatnya, imam (presiden, raja) itu adalah pemimpin dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Bahkan para ulama sepakat bahwa penguasa yang beragama Islam yang memerintah negara-negara umat Islam (yakni negara yang berpenduduk mayoritas muslim) sedang dia enggan mengatur pemerintahannya dengan Syari’at Islam secara kaffah, maka dia dihukumi Murtad.
Menurut para ulama, penguasa-penguasa itu dapat menjadi murtad karena beberapa sebab, di antaranya yang paling penting adalah:
1. Menetapkan undang-undang selain hukum Allah.
2. Menganggap hukum positif buatan manusia lebih baik dan lebih sesuai untuk mengatur negeri mereka daripada hukum Allah.
3. Mendirikan lembaga-lembaga peradilan/mahkamah yang berhukum dengan hukum buatan manusia yang kebanyakan bertentangan dengan hukum Allah.
4. Menganut paham Sekulerisme,Pluralisme dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
5. Menganut paham Demokrasi dan menerapkannya dalam kehidupan di kalangan rakyatnya, sedang demokrasi itu jelas Syirik Akbar hukumnya.
6. Bekerja sama dengan orang-orang kafir dan membantu mereka dalam memerangi Islam dan memerangi kaum muslimin.

Yang terhormat Saudara Presiden, Ketua DPR dan Ketua MPR RI,

Kita harus ingat bahwa kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan di akhirat; maka jangan sampai kita salah langkah di dunia, karena akan menjadikan kita rugi di akhirat. Oleh karena itu marilah kita tingkatkan taqwa kepada Allah, jangan sampai kita tertipu oleh keindahan dan kenikmatan dunia ini. Mari kita resapi benar-benar firman Allah berikut:
Hai manusia, bertaqwalah kepada Rabbmu dan takutlah kepada suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. (Al-Luqman,
:33)
Jangan sampai karunia yang Allah berikan kepada kita baik berupa harta, anak, ilmu, kedudukan maupun kekuasaan itu membawa kerugian di akhirat sehingga membawa penyesalan, sebagaimana keterangan Allah SWT:dia mengatakan: ”Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku (di akhirat) ini. (Al-Fajr:24)
Dan adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia akan berkata: “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kitab ini kepadaku, dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku, Wahai kiranya kematian (yang telah aku jalani) itu yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku tidak bermanfaat (untuk menyelamatkan) bagiku; telah hilang kekuasaan dariku.Allah berfirman:peganglah dia lalu belengguhlah tangannya ke lehernya.Kemudian masukkanlah dia kedalam api yang menyala-nyala (Al-Haqqah:25-31)

Maka semua karunia Allah wajib, kita syukuri, kita gunakan untuk taat kepada Allah, agar membawa kesuksesan di akhirat nanti.

Semoga taushiyah dan tadzkirah ini bermanfaat bagi kita semua di dunia dan di akhirat, amin.
Ya Allah saksikanlah bahwa kebenaran (hujjah) ini sudah kami sampaikan menurut kemampuan kami. Ampunilah kelemahan dan kekurangan kami, dan berikanlah petunjuk kepada hamba-hamba yang Engkau pilih dan berikanlah kekuatan kepada kami untuk menegakkan syari’at-Mu. Amin.
Surakarta, 01 Muharram 1428 H.
20 Januari 2007 M.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar